cheers - experience - laugh - tears - friends - foe - love come along with a package named LIFE :)

Tuesday, September 11, 2012

Berfikir


        Mengerjap, lagi dan lagi. Kutarik nafas dan langsung kubuang kembali. Tarik lagi, buang lagi. Mungkin kepala ini sedang kosong, namun kalau begitu apa ini yang sedang ingin kutulis? Tak banyak yang sedang kufikirkan, mungkin hanya lamunan di sore hari. Sendiri disini membuatku tersadar. Ada apa denganku? Rasanya ini pertanyaan yang cukup sulit, mengingat seperti yang kubilang sebelumnya pikiran ini sedang kosong. Secara logika tidak mungkin kita menarik sesuatu yang tidak ada pada tempatnya.

        Aku merasa diriku sama seperti seekor binatang. Aku berfikir namun tak tahu apa yang kufikirkan. Pada titik ini, mungkin aku bisa disamakan dengan seekor kera atau bahkan setitik semut yang kulihat berjalan diatas meja. Ah aku mulai meracau, kembali ke titik pokok permasalahan, ada apa denganku?

        Sulit sekali rasanya mendefinisikan perasaan. Kemampuanku yang satu ini bisa dibilang dibawah rata-rata. Aku bahkan tidak bisa menentukan apa aku seorang yang berfikir positif atau bahkan sebaliknya. Ketika aku mencoba menanyakan hal tersebut ke seseorang yang cukup mengenalku, jawabannya membuatku tersadar ‘Bukan keduanya lin, kamu bukan optimistic ataupun pesimistic tapi kamu adalah seorang yang realistic’. Ya betul, logika (memang) kutempatkan diatas segalanya. Apakah itu adalah suatu kesalahan?

    Kuakui, hal ini menjawab berbagai pertanyaan yang sebelumnya berkecambuk di kepalaku. Pertanyaan kecil seperti alasan dari caraku menjawab pertanyaan, berpenampilan, bersikap, hingga hal besar seperti alasan dari setiap keputusan yang kuambil dan jalan yang kupilih dalam hidup. Hal ini menjelaskan ‘caraku’ mengendalikan kehidupanku. Semuanya harus (dan mungkin hanya) berdasarkan fakta dan logika.

      Mungkin kau akan berkata bahwa ini adalah hal baik yang tidak perlu dikhawatirkan. Dan memang aku tidak pernah khawatir. Hanya saja, menjadi terlalu realistik membuatku tidak punya banyak impian karena tidak ‘ingin’ berusaha mencapai apa yang kurasa tak mampu kucapai. Tak berani mengambil resiko, hanya ingin berdiri di zona aman. Menetapkan target yang tidak terlalu tinggi, hanya agar aku yakin aku mampu melampauinya. Tapi ini bukan berarti aku pesimis dan berfikir negatif. Justru aku menjadi lalai, tak takut akan segala risiko yang ada. Aku menjadi lalai karena menurut pertimbanganku, apa yang kulakukan masuk diakal dan angka kegagalannya cukup rendah. Kalaupun ternyata aku gagal, aku merasa tidak akan pernah terlalu terpuruk karena tak banyak yang kupertaruhkan mengingat standarku tidak terlalu tinggi. Nyaman bukan?

    Kenyamanan ini terkadang membutakanku. Sekali lagi, lalai dan lalai. Aku menjalani hidupku terlalu santai. Usahaku tak pernah sekeras seharusnya karena aku tidak memiliki ketakutan akan kegagalan. Sehingga jarang sekali aku berhasil mencapai apa yang mungkin sebenenarnya dapat kucapai. Kecenderunganku hanya menerima ketimbang mencari sendiri, hanya berusaha dan bukan bersungguh-sungguh. Wajar saja banyak hal yang kuinginkan tapi tak pernah kudapatkan. Bahkan pengambilan keputusan untuk hal-hal yang seharusnya kulibatkan perasaan didalamnya seperti profesi, cita-cita, cara bersikap dan bahkan urusan jodoh kurasa kupilih secara realistis. Inilah fikiranku, isi kepalaku, diriku 


˚◦°•lsqs•°◦˚

No comments:

Post a Comment